SURYA Online, SURABAYA – Institut Teknologi 10 November (ITS)  ingin membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi produsen mobil dengan melaunching mobil listrik generasi kedua yang diberi nama  EC-ITS II, Jumat (20/9/2013).
Mobil jenis 4-Seater Elektric City Car warna merah ini 90 persen material terdiri dari contain lokal, seperti body yang 100 persen memakai plat baja produksi dalam negeri. Begitu juga dengan kaca, alas dan bannya.
Hanya baterai motor listrik dan aksesorisnya yang masih memakai produk luar negeri karena memang belum diproduksi di Indonesia. ”Bisa saja baterai dan motornya dibuat sendiri, tapi butuh riset yang cukup lama,” kata Grangsang Sotyaramadhani, salah satu mahasiswa pembuatnya ditemui di sela-sela launching mobil ini di depan Rektorat ITS, Jumat (20/9/2013).
Sementara untuk speedometer, Grangsang dan teman-temannya memakai komputer tablet 10 inci yang sudah dibongkar total. GPS memakai komputer tables 7 inci.
”Kalau GPS untuk mobil listrik sebenarnya di pasaran sudah ada, tapi kami ingin merangkai sendiri. Sedangkan untuk speedometer belum ada, jadi kami membuat sendiri disesuaikan dengan motor listriknya,” kata mahasiswa Teknik Mesin ITS itu.
Speedometer ini selain bisa melihat tingkat kecepatan juga berisi informasi lain, seperti kekuatan baterai dan indikator lampu. Sementara untuk motornya, mereka memakai motor listrik 60 Kw.
Menurut Muhammad Nur Yuniarto, inisiator sekaligus dosen pembimbing mobil listrik, dengan motor 60 Kw, tenaga yang dihasilkan jauh lebih besar dibandingkan mobil listrik generasi pertama.
”Dengan motor 60 Kw, mobil ini bisa menempuh kecepatan maksimum 150 Km per jam,” terang diosen Teknik Mesin ITS.
Mobil yang dibuat dalam waktu lima bulan ini, memiliki tingkat efisiensi energi yang berlipat dibandingkan mobil konvensional berbahan bakar minyak.
Dijelaskan Nur, mobil ini memiliki sistem baterai yang berkekuatan 150 Km sekali charger (maksimal 10 jam dengan listrik 5 Ampere 220 Volt). Dibandingkan dengan BBM, tingkat efisiensinya mencapai 40 persen.
Begitu juga sistem motor listriknya yang empat kali lebih efisien dibandingkan dengan motor pada mobil konvensional. Sementara untuk tingkat keamanan, mobil generasi kedua ini jauh lebih safety dibandingkan generasi pertama. Sistem baterai di mobil ini ditempatkan di bawah jok agar bisa didistribusikan ke seluruh bagian mobil.
Disinggung tentang biaya pembuatan, Nur hanya menyebut sekitar Rp 400 juta dan lebih murah jika diproduksi masal.
Rektor ITS Prof Tri Yogi Yuwono mengatakan, mobil listrik ini sebagai upayanya menunjukkan bahwa anak bangsa memiliki kekuatan dan kemampuan untuk bisa menciptakan produk sendiri.
”Kita punya sumber daya manusia yang handal dan inovasi yang terus dikembangkan. Sayang kalau kita harus menjadi konsumen terus sementara kita sudah bisa menghasilkan,” kata Triyogi usai menjajal mobil listrik.
Disinggung tentang rencana memproduksi masal mobil listrik. Menurut Triyogi, pihaknya hanya sebagai lembaga riset yang memiliki inovasi teknologinya. Sementara untuk memproduksi masal hanya bisa dilakukan oleh pabrikan.
”Di sinilah dibutuhkan kerjasama ABG, yakni akademisi, businessman dan government. Kalau ini sejalan saya yakin kita bisa memprioduksi mobil nasional,” katanya.
Mobil listrik ECoITS II ini rencananya akan digunakan untuk transportasi di perhelatan APEC yang digelar di Bali, Oktober 2013.

Komentar

Postingan Populer